Sistem Hidroponik Water Culture kelebihan dan kekurangannya
Sistem Hidroponik Water Culture - adalah salah satu dari jenis sistem hidroponik yang paling mudah. Selain mudah, cara ini juga efektif membuat tanaman tumbuh secara hidroponik.
Cara ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang di rumah tetapi banyak juga yang menggunakannya untuk budi daya tanaman komersial dengan jumlah yang besar. Karena mudah dan efektif, Selain itu meskipun mudah dan ada banyak cara untuk mengaplikasikannya dengan bahan yang berbeda-beda.
Untuk melakukan penanaman tanaman dengan sistem hidroponik kultur air berikut akan di jelaskan bahan apa saja yang di perlukan.
Bahan yang Perlu Dipersiapkan:
Ada beberapa bahan yang perlu anda persiapkan untuk membuat sistem rakit apung ini. Yang pertama adalah sebuah kaleng untuk wadahnya. Selain itu, anda juga perlu persiapkan pompa udara untuk akuarium. Kemudian, ada lagi selang udara. Anda juga perlu mempersiapkan pipa untuk membuat gelembung kecil-kecil. Bahan selanjutnya adalah gelas, pot, atau ember untuk menahan tanamannya. Yang terakhir adalah media atau tempat untuk menanam tanaman tersebut.
Jenis-jenis Penggelembungan Udara
Gelembung Udara
Pompa udara biasanya digunakan untuk menghasilkan gelembung udara untuk larutan nutrisi untuk sistem kultur air hidroponik. Pompa udara menghasilkan volume udara dan dihubungkan ke pompa udara yang terbuat dari batuan berpori. Selang air dapat digunakan di pompa udara untuk membuat gelembung udara juga. Gelembung udaranya bisa lebih kecil sehingga memberikan lebih banyak kontak permukaan dengan air. Kontak antara gelembung udara dengan air membantu mengganti oksigen melalui akar tanaman.
Falling Water
Meskipun jenis ini tidak populer pada sistem kultur air hidroponik untuk budidaya di rumah, permukaan dari percikan air yang jatuh merupakan cara lain yang bagus untuk penggelembungan udara. Semakin banyak air yang jatuh dan semakin banyak volumenya, jatuhnya akan lebih ke bawah. Semakin ke bawah lagi, penggelembungan semakin banyak yang dihasilkan. Metode ini lebih sering digunakan dalam sistem rakit apung komersial karena mereka menggunakan air dengan jumlah yang jauh lebih banyak dibanding petani di rumah.
Sirkulasi Ulang Sistem Rakit Apung
Jenis lain adalah sirkulasi ulang. Sistem ini bekerja seperti banjir yang tak pernah ada habisnya. Anda bisa menyiapkan wadah sebanyak mungkin yang ingin anda hubungkan dengan wadah utama. Setiap wadah memiliki tabung saluran sendiri yang mengalir ke wadah utama. Beberapa petani akan menggunakan ember sebagai wadah yang cukup lebar. Setiap ember dikasih tanaman dan tentu saja diisi dengan larutan nutrisi. Dengan ember-ember ini, mereka menggunakan pompa air untuk memompa larutan nutrisi ke dalam tabung yang meluap dan mengalir kembali ke wadah utama yang disirkulasikan kembali melalui sistem lagi.
Kebanyakan dari petani yang mensirkulasikan ulang larutan nutrisi untuk sistem kultur air hidroponik ini hanya menggunakan pompa udara di wadah utama, bukan di setiap ember karena bisa menghemat uang. Pompa air dijalankan dengan 24/4 sepanjang waktu. Jika anda memiliki gelembung udara di setiap ember, anda bisa memvariasikannya. Sirkulasi air memungkinkan anda untuk memanfaatkan falling water sebagai sumber penggelembungan udara. Anda juga tidak perlu mengecek air di tiap-tiap wadah untuk mengganti airnya. Hampir semua sistem ini dioperasikan secara komersial.
Sistem Rakit Apung
Jenis selanjutnya adalah sistem rakit apung. Sebenarnya jenis ini hampir sama dengan sistem kultur air pada umumnya tetapi sistem ini memiliki kedalaman yang lebih dari 8 bahkan 10 inci. Namun berapapun kedalamannya, tetap saja ini merupakan sistem kultur air yang bisa dicoba. Sebagian besar kedalaman larutan air tidak lebih dari 8 inci. Jadi, ini hanya diperlukan untuk tanaman yang besar sehingga ruang yang dibutuhkan juga besar. Selain itu tanaman yang besar juga memerlukan air untuk diminum yang lebih banyak juga. Jika menggunakan ember, anda harus mengisi air dengan cukup penuh. Tidak seperti tanaman pada umumnya yang bisa tumbuh hanya dengan 4 hingga 6 inci air.
Lalu, apa perbedaan dari sistem rakit apung dengan sistem kultur air secara umum? Secara umum sama. Yang membedakannya hanya terletak pada kedalaman airnya dalam sistem. Terlepas dari jenis sistem yang anda gunakan, pastikan bahwa air yang digunakan benar-benar cukup dan memiliki oksigen yang bagus untuk akar. Volume air berbeda dengan ketinggian air. Ketika air dalam galon setinggi 2 inci, mungkin akan tidak sampai 2 inci ketika anda menuangkannya ke dalam ember. Jadi, anda harus menentukan wadah yang tepat untuk sistem ini.
Seberapa Tinggi Air yang harus Digunakan?
Ini sering membuat bingung bahkan menjadi perdebatan oleh banyak kalangan. Apakah tingkat air harus berada di atas keranjang atau di bawahnya? Ini pertanyaan yang menuai banyak pro dan kontra. Tapi, sebenarnya semuanya bisa jadi benar karena tingkat air dapat berubah dengan cepat. Ketika gelembung udara mencapai puncak air, mereka pacah dan menimbulkan percikan di sekitarnya. Ketika keranjang tidak menyentuh air dan hanya menggantung di atasnya, percikan air akan membantu menjaga media yang berada di dekat bagian bawah keranjang. Seberapa basah itu tergantung seberapa banyak gelembung udara yang muncul. Selain itu juga disebabkan oleh media yang digunakan seberapa banyak menahan dan menyerap air.
Saat keranjang menyentuh air, media di keranjang bisa menyerap lebih banyak air dibanding dengan jika tergantung di atasnya dan ini kadang sangat bermanfaat. Tapi sekali lagi jenis media akan sangat berpengaruh karena sebagian media bisa menyerap air lebih banyak dan cepat dibanding lainnya. Penting juga menyebut tanaman bisa membuat perbedaan. Akar tanaman akan mengosongkan larutan air atau nutrisi. Berarti larutan nutrisi akan habis dan bisa tumbuh di daerah mana saja yang memiliki kelembaban. Jika tanamannya kecil dan akarnya belum tumbuh di bawah, mungkin akan bermanfaat jika keranjangnya menyentuh air setidaknya sampai akarnya tumbuh. Jika bawah keranjang bagus dan lembab dan banyak tetesan air kecil, kelembaban ekstra akan bagus.
Metode Kratky
Metode ini sebenarnya juga tidak beda dengan sistem kultur air yang standar. Ini hanya variasinya saja. Nama metode ini disebut metode Krakty karena yang menemukan metode ini bernama B.A. Krakty, dosen di Universitas Hawai yang mengajarkan metode hidropnik. Sistem hidroponik non sirkulasi tidak mengalirkan larutan air dari wadah ke tanaman. Mereka masih memompa air ke tanaman tapi kemudian membiarkan airnya larut ke dalam tanah. Kedengarannya boros tapi sebenarnya ini sangat irit. Sistem kultur air dengan non sirkulasi bisa dimodifikasi menjadi sistem sirkulasi secara sempurna.
Sistem hidroponik kadang juga merupakan sistem kultur air tanpa pompa udara serta bagian sistem NFT. Itu merupakan sistem kultur air karena tanaman yang digantung di atas wadah air akarnya akan menggantung ke bawah. Ini juga merupakan bagian sistem NFT yang mana ada jarak antara keranjang dengan air. Sementara itu tanaman kecil di keranjang seharusnya menyentuh air sehingga akar bisa tumbuh keluar di bagian bawah. Semakin panjang, akarnya, semakin banyak minum airnya. Tanaman juga memerlukan celah udara untuk mendapatkan oksigen.
BACA JUGA: Hidroponik Drip Sistem ( Irigasi Tetes ) serta Kelebihan dan Kelemahannya
Cara ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang di rumah tetapi banyak juga yang menggunakannya untuk budi daya tanaman komersial dengan jumlah yang besar. Karena mudah dan efektif, Selain itu meskipun mudah dan ada banyak cara untuk mengaplikasikannya dengan bahan yang berbeda-beda.
Untuk melakukan penanaman tanaman dengan sistem hidroponik kultur air berikut akan di jelaskan bahan apa saja yang di perlukan.
Bahan yang Perlu Dipersiapkan:
Ada beberapa bahan yang perlu anda persiapkan untuk membuat sistem rakit apung ini. Yang pertama adalah sebuah kaleng untuk wadahnya. Selain itu, anda juga perlu persiapkan pompa udara untuk akuarium. Kemudian, ada lagi selang udara. Anda juga perlu mempersiapkan pipa untuk membuat gelembung kecil-kecil. Bahan selanjutnya adalah gelas, pot, atau ember untuk menahan tanamannya. Yang terakhir adalah media atau tempat untuk menanam tanaman tersebut.
Jenis-jenis Penggelembungan Udara
Gelembung Udara
Pompa udara biasanya digunakan untuk menghasilkan gelembung udara untuk larutan nutrisi untuk sistem kultur air hidroponik. Pompa udara menghasilkan volume udara dan dihubungkan ke pompa udara yang terbuat dari batuan berpori. Selang air dapat digunakan di pompa udara untuk membuat gelembung udara juga. Gelembung udaranya bisa lebih kecil sehingga memberikan lebih banyak kontak permukaan dengan air. Kontak antara gelembung udara dengan air membantu mengganti oksigen melalui akar tanaman.
Falling Water
Meskipun jenis ini tidak populer pada sistem kultur air hidroponik untuk budidaya di rumah, permukaan dari percikan air yang jatuh merupakan cara lain yang bagus untuk penggelembungan udara. Semakin banyak air yang jatuh dan semakin banyak volumenya, jatuhnya akan lebih ke bawah. Semakin ke bawah lagi, penggelembungan semakin banyak yang dihasilkan. Metode ini lebih sering digunakan dalam sistem rakit apung komersial karena mereka menggunakan air dengan jumlah yang jauh lebih banyak dibanding petani di rumah.
Sirkulasi Ulang Sistem Rakit Apung
Jenis lain adalah sirkulasi ulang. Sistem ini bekerja seperti banjir yang tak pernah ada habisnya. Anda bisa menyiapkan wadah sebanyak mungkin yang ingin anda hubungkan dengan wadah utama. Setiap wadah memiliki tabung saluran sendiri yang mengalir ke wadah utama. Beberapa petani akan menggunakan ember sebagai wadah yang cukup lebar. Setiap ember dikasih tanaman dan tentu saja diisi dengan larutan nutrisi. Dengan ember-ember ini, mereka menggunakan pompa air untuk memompa larutan nutrisi ke dalam tabung yang meluap dan mengalir kembali ke wadah utama yang disirkulasikan kembali melalui sistem lagi.
Kebanyakan dari petani yang mensirkulasikan ulang larutan nutrisi untuk sistem kultur air hidroponik ini hanya menggunakan pompa udara di wadah utama, bukan di setiap ember karena bisa menghemat uang. Pompa air dijalankan dengan 24/4 sepanjang waktu. Jika anda memiliki gelembung udara di setiap ember, anda bisa memvariasikannya. Sirkulasi air memungkinkan anda untuk memanfaatkan falling water sebagai sumber penggelembungan udara. Anda juga tidak perlu mengecek air di tiap-tiap wadah untuk mengganti airnya. Hampir semua sistem ini dioperasikan secara komersial.
Sistem Rakit Apung
Jenis selanjutnya adalah sistem rakit apung. Sebenarnya jenis ini hampir sama dengan sistem kultur air pada umumnya tetapi sistem ini memiliki kedalaman yang lebih dari 8 bahkan 10 inci. Namun berapapun kedalamannya, tetap saja ini merupakan sistem kultur air yang bisa dicoba. Sebagian besar kedalaman larutan air tidak lebih dari 8 inci. Jadi, ini hanya diperlukan untuk tanaman yang besar sehingga ruang yang dibutuhkan juga besar. Selain itu tanaman yang besar juga memerlukan air untuk diminum yang lebih banyak juga. Jika menggunakan ember, anda harus mengisi air dengan cukup penuh. Tidak seperti tanaman pada umumnya yang bisa tumbuh hanya dengan 4 hingga 6 inci air.
Lalu, apa perbedaan dari sistem rakit apung dengan sistem kultur air secara umum? Secara umum sama. Yang membedakannya hanya terletak pada kedalaman airnya dalam sistem. Terlepas dari jenis sistem yang anda gunakan, pastikan bahwa air yang digunakan benar-benar cukup dan memiliki oksigen yang bagus untuk akar. Volume air berbeda dengan ketinggian air. Ketika air dalam galon setinggi 2 inci, mungkin akan tidak sampai 2 inci ketika anda menuangkannya ke dalam ember. Jadi, anda harus menentukan wadah yang tepat untuk sistem ini.
Seberapa Tinggi Air yang harus Digunakan?
Ini sering membuat bingung bahkan menjadi perdebatan oleh banyak kalangan. Apakah tingkat air harus berada di atas keranjang atau di bawahnya? Ini pertanyaan yang menuai banyak pro dan kontra. Tapi, sebenarnya semuanya bisa jadi benar karena tingkat air dapat berubah dengan cepat. Ketika gelembung udara mencapai puncak air, mereka pacah dan menimbulkan percikan di sekitarnya. Ketika keranjang tidak menyentuh air dan hanya menggantung di atasnya, percikan air akan membantu menjaga media yang berada di dekat bagian bawah keranjang. Seberapa basah itu tergantung seberapa banyak gelembung udara yang muncul. Selain itu juga disebabkan oleh media yang digunakan seberapa banyak menahan dan menyerap air.
Saat keranjang menyentuh air, media di keranjang bisa menyerap lebih banyak air dibanding dengan jika tergantung di atasnya dan ini kadang sangat bermanfaat. Tapi sekali lagi jenis media akan sangat berpengaruh karena sebagian media bisa menyerap air lebih banyak dan cepat dibanding lainnya. Penting juga menyebut tanaman bisa membuat perbedaan. Akar tanaman akan mengosongkan larutan air atau nutrisi. Berarti larutan nutrisi akan habis dan bisa tumbuh di daerah mana saja yang memiliki kelembaban. Jika tanamannya kecil dan akarnya belum tumbuh di bawah, mungkin akan bermanfaat jika keranjangnya menyentuh air setidaknya sampai akarnya tumbuh. Jika bawah keranjang bagus dan lembab dan banyak tetesan air kecil, kelembaban ekstra akan bagus.
Metode Kratky
Metode ini sebenarnya juga tidak beda dengan sistem kultur air yang standar. Ini hanya variasinya saja. Nama metode ini disebut metode Krakty karena yang menemukan metode ini bernama B.A. Krakty, dosen di Universitas Hawai yang mengajarkan metode hidropnik. Sistem hidroponik non sirkulasi tidak mengalirkan larutan air dari wadah ke tanaman. Mereka masih memompa air ke tanaman tapi kemudian membiarkan airnya larut ke dalam tanah. Kedengarannya boros tapi sebenarnya ini sangat irit. Sistem kultur air dengan non sirkulasi bisa dimodifikasi menjadi sistem sirkulasi secara sempurna.
Sistem hidroponik kadang juga merupakan sistem kultur air tanpa pompa udara serta bagian sistem NFT. Itu merupakan sistem kultur air karena tanaman yang digantung di atas wadah air akarnya akan menggantung ke bawah. Ini juga merupakan bagian sistem NFT yang mana ada jarak antara keranjang dengan air. Sementara itu tanaman kecil di keranjang seharusnya menyentuh air sehingga akar bisa tumbuh keluar di bagian bawah. Semakin panjang, akarnya, semakin banyak minum airnya. Tanaman juga memerlukan celah udara untuk mendapatkan oksigen.
BACA JUGA: Hidroponik Drip Sistem ( Irigasi Tetes ) serta Kelebihan dan Kelemahannya
Tidak ada komentar